Untukmu yang sedang Patah, Hati (note to my self)
“kamu mungkin menemukan cinta dan
kehilangannya” begitu kata Khalil Gibran dalam puisinya yang berjudul Cinta
yang Agung, “Tapi ketika cinta itu mati, kamu tidak perlu mati bersamanya.”
Wanita itu hampir mengakhiri
hidupnya. Setelah mengetahui kekasih
yang selama ini dia banggakan dan dia harapkan telah mengkhianatinya. Kekasih yang
selama ini jadi penyemangat dan pelindungnya tidak bisa melindungi hati wanita
itu yang sedang hancur tersebab olehnya. Dia putus asa, kecewa, ditinggalkan
dan menangis dalam kesedihan. Lalu berfikir semuanya akan berakhir jika dia
mengakhiri hidupnya juga. Ah, patah hati memang kadang sesakit itu, atau malah kadang
lebih sakit lagi.
Memang begitulah manusia, ada
saat dimana kau dibuat kecewa olehnya, oleh orang yang kau cintai. Tapi disisi
lain manusia yang kau bilang kekasih itu, telah sempat membuatmu merasa menjadi
wanita paling dicintai saat kau sedang diperjuangkan. Saat dia sedang benar-
benar jatuh cinta kepadamu, dia menjadi seseorang yang selalu ada. Menunjukkan bahwa
dia layak untukmu, dia menghiburmu saat sedih dan menolongmu ketika susah. Tapi
setelah mendapatkanmu, dia menjadi biasa saja, karena selama ini yang dia
perjuangkan telah dia dapatkan. Atau mungkin kau sendiri yang menyerahkannya,
menyerahkan hatimu, kepercayaanmu, rasa nyamanmu, atau malah yang lebih parah
sampai aku gemetar menulisnya, kau menyerahkan kehormatanmu.
Aku tau semuanya walaupun kau
belum cerita semuanya. Aku tau bagaimana rasanya ditinggalkan saat kau
benar-benar mencintai. Dan kukira kau
juga tahu, mungkin harapanmu terlalu
besar kepadanya sehingga kau melupakan bahwa harapan yang seungguhnya, cinta
yang sesungguhnya, hanya ada pada DIA. Yang maha memiliki cinta, yang maha
membolak-balik hati, yang maha pemurah lagi maha penyayang. Dan kukira aku juga
telah memberi tahu semboyannya, “halalkan atau tinggalkan” tapi karena cinta
kau jadi lupa untuk berpikir rasional dan sederhana tapi karena cinta kau juga jadi lupa bahwa
yang kau cinta juga manusia, yang sewaktu-waktu bisa membuatmu kecewa, yang kapan saja bisa meninggalkanmu. Hingga
akhirnya kau dan ketika patah hati kau malah bertanya-tanya kepadaku, “mengapa
aku ditinggalkan? Mengapa aku dikhianati? Mengapa dia bisa sejahat ini padaku”.
Dan sejuta pertanyaan lain yang persis menggambarkan hatimu bahwa kau sedang
kecewa sekaligus kesal. Cobalah telusuri
hatimu sendiri. Apa yang salah dan benar. Belajar membedakan, mana yang serius
dan mana yang tidak. Sehingga tidak begini jadinya.
“seorang lelaki dianggap serius
dan sungguh-sungguh bila dia melakukan hal-hal yang diseriusi , tanpa alasan,
walaupun penuh keterbatasan” begitu kicauan Ustadz Felix Siau di akun
instagramnya. “maka yang serius mencintai, pasti sepaket dengan tanggung jawab,
siap menafkahi, siap menghalalkan dengan nama Allah, siap melindungi. Tapi yang
main-main ya pacaran, besok kalo bosen tinggal putus, kalo punya duit ajak
makan, kalo nggak ya nggak ada tanggungan, gituloh. Melamar kepada orangtuannya,
itu salah satu bentuk keseriusan, tentuin tanggal nikah. Lah kalo belum siap?
#UdahPutusinAja maksiatmu”.
Maafkan aku, telah menulis setiap
fakta yang akhirnya menjadikan kalian menyesal atau sedikit sedih. Tapi itulah
kenyataanya. Setiap kesedihan muncul karena kita perlahan pergi menjauh
dariNYA. Lalu mencari pelindung dan pembuat nyaman selain DIA. Kesedihan muncul
karena kita berharap dan meminta kepada
selainNYA. Atau mungkin bisa jadi karena aku. Karena aku yang menyerah untuk
mengingatkan kalian. Bisa jadi karena aku yang berhenti mengajak kalian kepada
kebaikan. Karena aku yang lelah melihat
semuanya, karena kemaksiatan telah berhasil berjalan didepan mataku. Sehingga kalian,
teman-temanku yang sangat aku cintai menjadi patah hati. Ah, maafkan aku!
Aku tidak selalu ada setiap kali
kalian butuh. Setiap kali kalian pengen cerita tentang masalah kalian. Tetapi ada
DIA, yang dengan kalian menadahkan tangan dan berdoa saja. Menundukkan diri,
menyadari betapa lemahnya kita sebagai manusia. Kita akan menyadari betapa
manisnya berdoa. Betapa tenangnya hati kita. Cobalah, rasakan manisnya bermesra
didalam doa. Dalam tangis sendu didalam menadahkan tangan kepada sang pemberi
cinta. Semoga DIA memberimu cinta yang takkan pernah mengecewakanmu. Jadikan DIA
satu-satunya tempatmu berharap. Karena takkan ada harapan yang sia-sia jika DIA
tempatmu bergantung.
Akhukum,
haniyahsari.
NICE :)
BalasHapus